Wilwatikta

Wilwatikta
Sirno Ilang Kertaning Bumi

Kamis, 12 Agustus 2010

Miyak Silsilah " Ki Ageng Tarub " (bag4)

Ki Ageng Tarub (bag4)

dan yang terkenal adalah Ki Ageng Abdurrohman Susila (Ki Ageng Selo). Setelah bebrapa lama menikah Ki Ageng Selo mempunyai 7 orang anak namun yang lakilaki Cuma satu bernama Ki Ageng Enes. Setelah itu ki Ageng Enes Mempunyai putra bernama Ki Ageng Pemanahan yang nantinya menurunkan Suto Wijoyo, Sesuai pesan ayahnya, Ki Pemanahan dan restu sultan Pajang, Sutowijoyo menggantikan ayahnya sebagai pembesar atau Panembahan Mataram. Seperti dikatakan oleh Panembahan Giri dan Kanjeng Sunan Kalijaga, keturunan Ki Pemanahan kelak akan menjadi raja aung yang meguasai tanah Jawa. Sebagaimana ayahnya, Sutowijoyo selalu mencari kebenaran tentang dua ramalan nujum dua orang sesepuh itu.
Sebenarnya, Ki Ageng Tarub adalah merupakan suatu karomah dari Allah yang diberikan kepada Syeh Maulana Maghribi dengan Dewi Telangkas (Nona Telangkas) yang melahirkan Ki Ageng Tarub. Adapun karomah yang diberikan Allah kepada Ki Ageng Tarub I yaitu kawin dengan Bidadari yaitu Nawang Wulan. Adapun cucu Ki Ageng Tarub I adalah Ki Ageng Selo yang mendapat karomah dari Allah yaitu dapat menangkap petir. Dari Beliaulah terlahir raja-raja ditanah jawa. Makam Ki Ageng Tarub terletak di desa Tarub Kecamatan Tawangharjo ± 10 km dari Kabupaten Grobogan .
Demikianlah sedikit cerita tentang Mrapen Empu Supo
MAKAM KI AGENG TARUB
Tidak jauh dari desa Selo tempat makam Ki Ageng Selo, tepatnya di desa Tarub, Kec. Tawangharjo terdapat makam Ki Ageng Tarub (Joko Tarub).
Ki Ageng Tarub sendiri menurut cerita yang berkembang di masyarakat sekitar diakui pernah memiliki istri seorang bidadari yang bernama Nawang Wulan. Dari hasil perkawinannya melahirkan seorang puteri yang diperistri seorang pembesar dari kerajaan majapahit bernama Ki Lembu Peteng atau Bondan Kejawan.

Makam Ki Ageng Tarup teletak 10 km sebelah timur kota Purwodadi. Sebagai obyek wisata spiritual, makam Ki Ageng Tarup ini sangat ramai dikunjungi oleh para peziarah dengan tujuan untuk mencari berkah agar permohonannya dikabulkan oleh Tuhan YME. Ki Ageng Tarup sendiri menurut cerita yang berkembang di masyarakat sekitar khususnya atau masyarakat Jawa umumnya, diakui pernah memiliki istri seorang bidadari yang keturunannya akhirnya menjadi orang besar di jawa salah satu keturunannya adalah Ki Ageng Selo

Ki Ageng Selo dipercaya oleh masyarakat jawa sebagai cikal bakal yang menurunkan raja - raja di tanah Jawa. Bahkan pemujaan kepada makam ki ageng selo sampai sekarang masih ditradisikan oleh raja - raja Surakarta dan yogyakarta. Sebelum gerebeg mulud, utusan dari surakarta datang ke makam Ki Ageng Selo untuk mengambil api abadi yang selalu menyala di dalam makam tersebut. Begitu pula tradisi yang dilakukan oleh raja - raja Yogyakarta

Miyak Silsilah " Ki Ageng Tarub " (bag3)

Ki Ageng Tarub (bag3)

Pada waktu bayinya, Nawang Sih mengalami satu riwayat yang sangat hebat yaitu dikala Nawang Sih masih di ayunan, ibunya mau mencuci pakaian di sungai dan berpesan pada Joko Tarub agar mengayun putrinya dan jangan membuka kekep (penutup masakan). Namun setelah Nawang Wulan pergi ke sungai, Joko Tarub penasaran akan pesan istrinya, maka dibukalah kekep tersebut, setelah melihat didalam kukusan, ternyata yang dimasak istrinya hanya satu untai padi. Joko Tarub mengucapkan (Masya Allah, Alhamdulilah istriku yen masak pari sak uli ngeneki tho, lha iyo parine ora kalong - kalong. Tak lama kemudian istrinya datang lalu membuka masakan tersebut, ternyata masih utuh padi untaian. Kemudian istrinya menegur suaminya bahwa pasti kekep tadi dibuka, sehingga terjadi pertengkaran. Akhirnya Nawang Wulan menyadari sehingga harus dibuatkan peralatan dapur (lesung, alu, tampah) Setelah kejadian itu Nyi Nawang Wulan kalau mau masak harus menumbuk padi dulu, sehingga lambat laun padi yang ada di lumbung makin habis. Setelah sampai padi yang bawah sendiri yaitu padi ketan hitam, ternyata pakaiannya diletakkan disitu dan diambil kemudian menghadap suaminya. Akhirnya terjadi pertengkaran yang hebat, ternyata yang mengambil pakaiannya waktu disendang dulu adalah Joko Tarub sendiri. Kemudian Nyi Nawang Wulang ingin pulang kembali ke surga dan berpesan kepada suaminya : "Bila putrinya menangis minta mimik agar diletakkan didepan rumah diatas anjang - anjang." Tetapi setelah Nawang Wulan sampai di Surga di tolak oleh teman-temannya karena sudah berbau manusia. Kemudian Nyi Nawang Wulan turun lagi ke bumi namun tidak ada maksud kembali kerumah suaminya. Dia ingin bunuh diri naik di gunung Merbabu meloncat ke laut selatan. Setelah sampai di laut selatan Nyi Nawang Wulan perperang dengan Nyi Roro Kidul, dan akhirnya Nyi Nawang Wulan mendapat kejayaan, sehingga laut selatan dikuasai oleh Nyi Nawang Wulan. Jadi yang ada dilaut selatan ada tiga putri yaitu : Nyi Nawang Wulan, Nyi Roro Kidul, Nyi Blorong. Setelah Joko Tarub ditinggal Nyi Nawang Wulan dia hidup dengan putrinya Nawang Sih. Disaat itu di Kerajaan Majaphit yang diperintah Prabu Browijoyo kelima ditinggal wafat istrinya, sehingga Prabu Browijoyo sakit dan tidak mau menduduki kursi kerajaan, dan setiap malam kalau tidur ditepi Kerajaan. Suatu malam dia bermimpi bila sakitnya ingin sembuh maka harus mengawini putri Wiring Kuning, kemudian raja terbangun dari tidurnya. Akhirnya para patih diperintah untuk mengumpulkan semua putri - putri. Setelah diteliti dan disesuaikan dengan mimpinya tersebut akhirnya menjumpai putri Wiring Kuning/ Dewi Wandan yang ternyata adalah pembantunya sendiri. Akhirnya dikawinilah putri tersebut dan dilarang untuk keluar dari taman kaputren karena malu jika ketahuan orang bahwa raja mengawini pembantunya sendiri. Setelah jabang bayi lahir raja Brawijaya memanggil saudaranya (Juru Mertani) supaya memelihara dan mengasuh bayi tersebut. Kemudian bayi tersebut diberi nama Bondan Kejawan (Lembu Peteng). Dimasa kanak-kanak Bondan Kejawan, ayah asuhnya atau Juru Mertani akan membayar pajak kekerajaan disaat itu Bondan Kejawan mendengar bahwa ayahnya akan kekerajaan dan dia ingin ikut tetapi tidak diperbolehkan. Namun dia lari dulu dan sampai di Kerajaan dia langsung masuk dan naik keatas kursi raja. Kemudian membunyikan Bende Kerajaan. Sang raja mendengar bunyi bende kerajaan dan marahlah, anak tersebut ditangkap dan dimasukkan kedalam sel kerajaan. Tidak lama kemudian datanglah Juru Mertani dengan membawa padi untuk membayar pajak. Selesai membayar pajak dia menghadap sang raja dan menanyakan anak kecil yang membunyikan bende kerajaan. Diberitahukan kepada sang raja bahwa anak kecil itu putra sang raja sendiri. Kemudian raja memanggil anak kecil itu dan membawa kaca untuk melihat wajahnya sendiri dengan wajah anak tersebut. Ternyata Beliau yakin dan percaya bahwa anak tersebut putranya sendiri. Kemudian Juru Mertani disuruh sang raja untuk mengantarkan putranya ke Saudaranya yaitu Ki Ageng Tarub dan putranya agar diasuh dan dipeliharanya.
Disaat itu Ki Ageng Tarub mengasuh dua anak kecil yaitu Bondan Kejawan dan anaknya sendiri. Setelah masuk remaja Bondan Kejawan diperintah ayah asuhnya agar bertapa ngumboro yaitu disuruh ke sawah selama tujuh tahun dan tidak boleh pulang kalau belum diambil. Setelah sampai waktunya Nawang Sih diperintah ayahnya supaya memasak yang enak, setelah memasak agar mengambil saudaranya Bondan Kejawan yang berada ditengah sawah. Setelah sampai dekat gubug yang ditempati Bondan Kejawan, Disaat itu Bondan Kejawan sedang istirahat diatas gubug. Nawang Sih memanggil Bondan Kejawan dari bawah gubug. Bondan Kejawan terperanjat atas panggilan Nawang Sih karena tidak tahu akan kedatangannya, sehingga Bondan Kejawan jatuh dari atas gubug dan memegang bahunya Nawang Sih. Sampai dirumah Nawang Sih memberitahukan orang tuanya bahwa tadi bahunya dipegang oleh Bondan Kejawan. Tetapi sang ayah malah memberi tahu Nawang Sih akan dijodohkan dengan Bondan Kejawan, dan akhirnya mereka menikah. Kemudian dikaruniai 2 anak yang diberi nama
1. Ki Ageng Getas Pandowo (Ki Abdulloh)
2. Seorang . Puteri (dinikahkan dengan Ki Ageng Ngerang).
Bondan Kejawan meneruskan Bopo Morosepuh dan diberi nama Ki Ageng Tarub II, sedang Ki Ageng Getas Pandowo diberi nama Ki Ageng Tarub III. Tempat pertapaan Bondan Kejawan (Lembu Peteng) sekarang terdapat disebelah tenggara makam Ki Ageng Tarub I, dukuhan sebelahnya dinamakan Desa Barahan. Selanjutnya Ki Ageng Tarub III (Getas Pandowo) mempunyai 5 keturunan yaitu :
1. Ki Ageng Selo,
2. Nyai Ageng Pakis,
3. Nyai Ageng Purno,
4. Nyai Ageng Wanglu,
5. Nyai Ageng Bokong, dan
6. Nyai Ageng Adibaya.

Miyak Silsilah " Ki Ageng Tarub " (bag2)

Ki Ageng Tarub (bag2)

Dikala itu Dewi Kasian ditinggal wafat suaminya yang bernama Aryo Penanggungan, belum mempunyai putra, karena sayangnya Dewi Kasian terhadap suaminya, walau sudah wafat setiap saat dia selalu menengok makam suaminya. Maka dikala itu Syeh Maulana Maghribi membawa putranya yang telah dimasukkan bokor kencono dan diletakkan disamping makam Aryo Penanggungan. Di malam itu juga kebetulan Dewi Kasian keluar dari rumah menengok kearah makam suaminya, kelihatan sinar yang menjurat keatas dari arah makam suaminya, apakah sebetulnya sinar yang menjurat dari arah makam suaminya tersebut ? Ternyata setelah didekati adalah sebuah bokor kencono yang sangat indah, dan dibuka bokor tersebut ternyata didalamnya terdapat jabang bayi yang sangat mungil dan lucu sekali. Disaat itu Dewi kasian sangat terperanjat hatinya melihat si jabang bayi tersebut, dengan tidak disadari akhirnya bokor berisi jabang bayi dibawa pulang dengan lari dan mengucapkan : "kangmas Penanggungan wis sedo, kok kerso maringi momongan marang aku ". (dalam Bhs Jawa).
Kabar mengenai orang yang telah meninggal tetapi bisa memberikan kepada istri jandanya, telah tersiar sampai ke pelosok negeri. Masyarakat berbondong - bondong ingin menyaksikan kebenaran berita tersebut, Akhirnya Dewi Kasian yang asalnya tidak punya harta benda apa - apa menjadi janda yang kaya raya, dari uluran orang - orang yang datang tersebut. Kemudian jabang bayi diberi nama Joko Tarub karena dikala masih bayi diambil Dewi Kasian dari atas makam Aryo Penanggungan yang makamnya dibuat makam Taruban. Pada usia kanak-kanak Joko tarub atau Sunan Tarub mempunyai kesenangan atau hobi menangkap kupu-kupu di ladang. Setelah masuk di tengah hutan bertemu orang yang sangat tua, dia diberi aji - aji tulup yang namanya tulup Tunjung Lanang. Tulup inilah yang akhirnya menjadi aji-aji sangat luar biasa untuk Kiai Ageng Tarub/ Sunan Tarub. Diwaktu mendapat tulup tersebut dia pulang dengan cepat menyampaikan berita kepada ibunya (Dewi Kasian) dan mengatakan bahwa dia di tengah hutan dijumpai seorang yang sangat tua memberi aji - aji tulup kepadanya. Namun karena sayangnya, Dewi Kasian tidak memperbolehkan putranya masuk hutan, karena khawatir kalau dimakan hewan buas atau dibunuh orang yang tidak senang kepadanya. Namun karena Joko tarub tidak takut lebih-lebih mempunyai aji - aji tulup tersebut, maka Joko Tarub tetap senang masuk hutan untuk mencari burung.
Sampai diatas gunung Joko Tarub mendengar suara burung yang sangat indah bunyinya yaitu burung perkutut. Kemudian didekati dan dilepaskan anak tulup kearah burung tersebut namun gagal. Akhirnya Joko Tarub berfikir dan menganggap bahwa burung ini tidak burung biasa. Kemudian terdengar lagi suara burung dari arah selatan, didekati dan dilepaskan lagi anak tulup kearah burung namun tidak mengenai burung itu dan ternyata anak tulup itu mengenai dahan jati. Tempat yang ditinggalkan burung tadi sekarang dinamai Dukuh Karang Getas. Karena sedihnya Joko tarub maka tempat yang ditinggalkan, sekarang dinamai Dukuh Sedah. Kemudian terdengar lagi suara burung dari arah selatan, didekati dari posisi yang strategis (burung dalam keadaan terpojok), maka anak tulup dilepaskan dan ternyata tidak kena dan burung terbang lagi ke selatan. Tempat tersebut sekarang menjadi Dukuh Pojok. Burung terbang ke selatan dan hinggap diatas pohon asam oleh Joko Tarub dilepaskan lagi anak tulup kearah burung tetapi terbang lagi ke selatan, tempat yang ditinggalkan tadi menjadi Dukuh Karangasem. Diwaktu mengejar burung keselatan Joko Tarub merenungi burung tersebut, dalam ucapannya mengatakan ini burung atau godaan. Tempat merenungi Joko Tarub sekarang dinamai Desa Godan Joko Tarub mengejar terus burung kearah selatan, tempat melihatnya Joko Tarub sekarang dinamakan Dukuh Jentir. Joko Tarub terus melacak burung kearah tenggara kemudian berjumpa lagi dengan burung yang hinggap di pohon tetapi burung tersebut tidak bersuara. Setelah burung itu terbang lagi ke selatan dan tempat yang ditinggalkan tadi dinamakan Dukuh Pangkringan. Kemudian Joko Tarub melacak kearah selatan, setelah sampai ditempat yang sangat rindang disitulah burung terbunyi lagi. Namun Joko Tarub mendengar suara wanita yang baru berlumban (mandi) di dalam sendang. Disaat itu Joko Tarub lupa burung yang dikejar dia beralih mengintai suara wanita yang mandi di dalam sendang Ternyata para bidadari yang sedang dilihat, akhirnya Joko Tarub mengambil salah satu pakaiannya bidadari yang dengan tutup kemudian dibawa pulang dan disimpan dibawah tumpukan padi (lumbung) ketan hitam. Joko Tarub kembali lagi ke Sendang dengan membawa sebagian pakaian ibunya. Setelah sampai didekat sendang ternyata para bidadari sudah terbang kembali ke surga. Tinggal satu yang masih mendekam ditepi sendang dengan merintih dan berkata : "sopo yo sing biso nulung aku, yen wadon dadi sedulur sinoro wedi, yen kakung sanggup dadi bojoku". Disaat itu Joko Tarub mendekati dibawah pohon sambil mendengarkan ucapan bidadari tersebut dan menolong bidadari dengan melontarkan pakaian ibunya. Setelah bidadari berpakaian diajak pulang kerumah ibunya dan disampaikan kepada ibunya bahwa putri ini adalah putri dari sendang yang baru terlantar dan minta tolong kepada siapun : Jika yang menolong pria akan dijadikan suaminya. Akhirnya Joko tarub menikah dengan bidadari tersebut yang bernama Nawang Wulan. Adapun sendang yang dibuat lomban para bidadari, sekarang dinamakan Sendang Coyo. Kemudian Joko Tarub dengan Nawang Wulan mempunyai tiga putri yaitu :
1. Nawang sasi,
2. Nawang Arum,
3. Nawang Sih.

Miyak Silsilah " Ki Ageng Tarub " (bag1)

Ki Ageng Tarub

Kurang lebih pada tahun 1300 M, ada utusan (mubaleg) dari Arab yaitu Syeh Jumadil Kubro. Beliau mempunyai putri bernama Ny. Thobiroh dan Ny. Thobiroh mempunyai putra Syeh Maulana. Disaat itu Syeh Maulana mendapat perintah mengembangkan syariat Islam di pulau jawa sangat berat. Hal tersebut dikarenakan orang-orang Jawa banyak yang masih memeluk agama Hindu Budha, dan orang-orang jawa pada saat itu ahli bertapa, hingga orang Jawa banyak yang tebal kulitnya. Maka dari itu Syeh Maulana mulai memasukkan syareat Islam di tengah - tengah masyarakat Jawa, yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara bertapa keatas pohon giyanti yang sangat besar, dimana diatas pohon tersebut terdapat tumbuhan simbar.
Bertepatan itu di Surabaya terdapat Kerajaan Temas, rajanya bernama Singawarman dan mempunyai putri yang bernama Nyai Telangkas. Dikala itu Nona Telangkas sudah dewasa, namun belum ada remaja yang berani meminangnya. Setelah itu Nona Telangkas diperintah oleh ayahnya supaya menjalankan bertapa ngidang yaitu masuk hutan selama 7 tahun, tidak boleh pulang atau mendekat pada manusia dan tidak boleh makan kecuali daun yang ada di hutan tersebut. Sehingga Nona Telangkas mempunyai nama Kidang Telangkas. Pada saat akan selesai bertapa, di tengah hutan tersebut Nona Telangkas melihat ada Telaga yang sangat jernih airnya. Kemudian dia mau mandi di telaga tersebut setelah melepas semua pakaian dia melihat di dalam air terdapat bayangan pria yang sangat tampan. Namun dikala itu Nona Telangkas telah terlanjur melepaskan semua pakaiannya. Akhirnya terpaksa menjeburkan diri di telaga tersebut, sambil mengucapkan dalam ucapan bahasa jawa "mboh gus wong bagus ". Setelah selesai mandi maka Nona Telangkas kembali pulang ke Kerajaan Temas (Surabaya) untuk menghadap orang tuanya. Namun Nona Telangkas disaat itu ternyata sudah dalam keadaan hamil maka setelah menghadap ayahnya beliau ditanya "Siapakah suamimu, sehingga engkau pulang dalam keadaan hamil ? " Ditanya ayahnya berulang-ulang, dia tidak bisa menjawab. Namun di dalam hatinya Nona Telangkas teringat dalam pertapanya dikala akan selesai, dimana dia mandi di dalam telaga yang sangat jernih airnya, dan ternyata di dalam air tersebut terdapat bayangan pria yang sangat tampan. Maka disaat ditanya oleh sang ayah dia tidak bisa menjawab, namun didalam hatinya menjawab seperti diatas. Maka akhirnya dia kembali masuk hutan untuk mas mencari tersebut. Disaat sampai di tengah hutan Nona Telangkas melahirkan bayi, sampai sekarang tempat tersebut diberi sebutan desa Mbubar .
Setelah jabang bayi lahir lalu diajak mencari telaga, yang akhirnya menjumpai telaga yang terdapat bayangan pria yang tampan tersebut. Kemudian si jabang bayi diletakkan ditepi sendang telaga dan ditinggal pulang ke kerajaan Themas. Siapakah sebenarnya orang yang kelihatan bayangannya didalam sendang telaga, ternyata beliau adalah Kanjeng Syeh Maulana Maghribi yang sedang bertapa diatas pohon Giyanti.
Dikala si jabang bayi Nona telangkas diletakkan dipinggir sendang telaga, Syeh Maulana berkata " Nona Telangkas keparingan amanateng Allah kang bakal njunjung drajatmu kok ora kerso " (dalam Bhs jawa). Yang akhirnya Syeh Maulana turun dari pertapanya dan menimang jabang bayi, kemudian dibuatkan tempat yang sangat indah yaitu Bokor Kencono .

Miyak Silsilah Pondok Pesantren Mojodadi 1928

MIYAK SILSILAH
PONDOK PESANTREN MOJODADI, TUMURUN SAKING
SILSILAH SUWARGI DALEM EYANG Kiyai AGENG BAGUS HARUN
( KI AGENG BASHORIYAH SEWULAN MADIUN )


Oleh :
Selo Aji Songgo Buwono

1. Prabu BRAWIJAYA V Beristri PUTRI WIRING KUNING/ DEWI WANDAN WANGI berputra
1 orang laki laki Lembu Peteng, oleh romonya di titipkan untuk di asuh oleh
Kiyai Ageng Tarub yang akhir nya di ambil menantunya.
2. LEMBU PETENG /Bondan kejawen /Kiageng Tarub II Beristri DEWI NAWANG SIH
( Putri ke 3 Perkawinan Joko Tarub dan Nawang Wulan )
3. KI AGENG GETASPENDOWO ( Kiyai Abdullah / Ki Ageng Tarub III ) Mempunyai 6
orang Anak 1 laki laki bernama Abdurrohman Susilo
4. KI AGENG SELO ( Kiyai Abdurrohman Susilo ) niikah dengan NYAI BICAK
Mempunyai 7 orang anak 1 laki laki bernama Ki Ageng Anis/ Enes
5. KI AGENG ANES menikah PUTRI KI AGENG SOBO Berputra
6. KI AGENG PEMANAHAN ( Sopati Ing Ngalogo ) Berputra
7. Raja mataram ke III Hanyokro Kusumo Berputra
8. Pangeran ARYO PRINGGOLOYO Berputra
9. Pangran BAUREKSO Berputra
10. Pangeran DERPO SENTONO Berputra
11. Kiyai ABDUL IMAM Sumare di pengkot sumoroto ponorogo Berputra
12. Kiyai NOLOJOYO Sumare di pengkot sumoroto ponorogo Ber putra
13. Kiyai AGENG BAGUS HARUN / KI AGENG BASHORIYAH Sewulan Madiun, Beristri
Anak kedua dari ulama` besar sekaligus raja yang memilih jadi kiyai, Kiyai
KHASAN BESARI Tegalsari Ponorogo Berputra 9 Orang

1. Nyai Muhammad santri
2. Nyai Mahalli
3. Nyai mansur Tawangsari Ponorogo
4. Kiyai Tafsiruddin Onggowijoyo Magetan
5. Kiyai Ahmad Ngali Penghulu Kertosono
6. Kiyai Muhammad Suriyyah Selosari dagangan Madiun
7. Kiiyai Mahalli Perdikan winong tulung agung
8. Kiyai Wongsoriyah di pulosari Sumororoto Ponorogo
9. Kiyai Umar sidik Babatan Kanten Ponorogo

14. Nyai Muhammad Santri mempunyai 5 orang anak

1. Kiyai Maklum Sewulan madiun
2. Kiyai Hasan bashori sewulan madiun
3. Kiyai Tafsiruddin II di Sewulan madiun
4. sosro dirjo sumare ing sewulan madiun
5. Nyai Affiyo sumare ing Mijoduwur nganjuk

15. Kiyai Tafsiruddin II Sewulan madiun ( Mempunyai 16 Orang anak )

1. Kyiai Buntoro
2. Kiyai jekso
3. Kiyai mukibar
4. Nyai belandung pagotan uteran
5. Nyai Muntoha Gambiran
6. Nyai ngabdul Latif Pagotan ngelames
7. Nyai Ngali Zen Ponongko, pucang rejo Juwan Madiun
8. Kiyai Imam Rejo Pohnongko Paron Ngawi
9. Kiyai Irodirjo Pucang anom delopo
10. Kiyai Aruman
11. Nyai Umuk Penarip Sooko Mojokerto
12. Nyai Idris Bendungan Nganjuk
13. Kiyai Rejo Muhammad Sewulan Madiun
14. Kiyai Khasan Rejo Sewulan Madiun
15. Kiyai Sastri Irono Sewulan Madiun
16. Kiyai Chasan Warjoyo Ngagel, selembur, delopo

16. Nyai Umuk Penarip Sooko Mojokerto Berputra 1 Orang bernama Kiyai Rofi`I
Yang menetap di Kuncen Mojokerto

17. Kiyai ROFI`I Kuncen Mojokerto Beliau berputra 6 Orang

1. Nyai ruqoiyyah, sinoman Mijokerto
2. Nyai Syafurah Ponpes Penarip Mojokerto
3. Nyai Chalimah Pekukuhan Mojosari
4. Abdul Alim Sinoman Mojokerto
5. Abdul Mu`in Sinoman Mojokerto
6. Umi Kulsum Penarip Mojokerto

18. Nyai SYAFURAH Di peristri Kiyai ILYAS ( Ponpes Penarip Mojokerto )

1. Nursalim Mojokerto
2. Nyai Maisyaroh Penarip Mojokerto
3. Ahmad Penarip Mojokerto
4. Mohammad Thoyib Penarip Mojokerto
5. Muhammad Shidiq Penarip Mojokerto
6. Nyai Juwariyah
7. Kiyai Isma`il

19. Nyai JUWARIYAH Diperistri K. H. GHOZALI ( Ponpes Mojodadi, Selorejo
Mojowarno Jombang mempunyai 10 orang anak)

1. H. Masduqi, Kandangan Pare Kediri
2. Nyai Siti Chiriyah Mojodadi Mojowarno Jombang
3. Nyai Sholkhah Mojodadi Mojowarno Jombang
4. Dawam
5. K. Ahmad Dimyati Alm Sroyo Dlanggu Mojokerto
6. Nyai Saudah, Mlaras Sumobito Jombang
7. K. Ahmad Baidlowi SEmobiti Melaras Jombang
8. Nyai Rochimah ALM
9. Sonhaji Sememi tandes Surabaya
10. K. Ahmad Syaifuddin Mojodadi Mojowarno Jombang

20. Nyai CHOIRIYAH Diperistri K. DJAUHRI AS`ARI ( Indramayu Jawa barat,
mempunyai 4 anak , setelah Kiyai Djauhari Wafat, Nyai Khoiriyah Menikah
dengan USMAN SUWOYO Purwikerto Jateng, mempunyai 1 orang putri)

1. Mahmud Ali
2. Muhammad Ilyas
3. Siti Halimah
4. Syamsuddin
5. Nurroniyah binti Usman Suwoyo

21. SITI HALIMAH di peristri YASKUR ( Tumurun Saking Eyang Bethoro Katong
Ponorogo ) Mempunyai 1 orang putra bernama AHMAD FAUZI

22. AHMAD FAUZI Beristri RISTIDINAINI Bin Muhammad Amir Palembang mempunyai 3
orang putra dan 1 orang putri

1. Muhammad Agung Sutan Fannani
2. Muhammad Agung Bagus Harun
3. Putri Fauziah Romatarrizqi
4. Muhammad Sutan Agung Suryo Negoro

Rabu, 11 Agustus 2010

Penelusuran Tanah Jawa antara Sejarah dan Mitos

Awal di Mulainya Babad Tanah Jawa

Pada suatu hari, disaat raja Rum berzdikir ( Raja ALGABAH/ CATBAH ) mendapat wisik atau perintah “ yang dunia akan aman sentausa jika raja Al – Gabah mengisi sebuah pulau yang kosong dan tak berpenghuni di sebelah timur laut. Kerajaan Rum bernama kerajaan Brushah atau sekarang Turki wilayah asia. Setelah itu dipanggillah maha patih Rum yang bernama AMIRUL SYAMSU untuk mencari pulau tersebut.
Semua saudagar telah di kumpulkan tapi belum ketemu juga akhirnya menemukan seorang saudagar yang bernama Kyiai Imam Musya yang tau tempat tersebut, kata kyiai musa memang ada sebuah pulau yang letaknya di timur laut yang tidak berpenghuni dan sangat angker sekali serta siapapun yang menginjakkan kakinya disitu akan “Dijemput Maut”. Adapun sebelah timur tersebut terdapat lautan luas yang tidak ada pulaunya sama sekali

KEDATANGAN BANGSA RUM YANG I

Akhirnya dipersiapkanlah 20.000 keluarga untuk di kirim ke pulau angker tersebut, dan pada waktu itu tahun rum 437 bulan ANNISA, atau 5.306 terhitung tahun rembulan serta 5.154 dihitung tahun matahari setelah nabi ADAM. Keberangkatan ke pulau angker tersebut di kawal oleh Patih Amirul Syamsu dan Jaka Aji Saka, disinilah mulai di hitung sebagai tahun 1 Caka.

Aji Saka atau Jaka Sengkolo adalah seorang raja India yang bernama Prabu Isaka, putranya Bethara Hanggajali, ibunya dari Negara Najran Sarkil, sedangkan Hangajali anaknya Empu Ramadi, setelah kalah perang berlari ke wilayah Rum.

Setelah mengantar patih Amirul Syamsu Kembali ke Rum, dan pada bulan Palguna, Tahun Kalayuti yang di Beri “ Candra Sengkala Geni Tiba atau tahun 003 Caka “ diserang oleh kelompok Gaib yang berupa Wabah ganas sehingga 20.000 keluarga tinggal 10.000, tidak lama kemudian diserang lagi dengan kobaran api yang menyerang dari empat penjuru kemudian melarikan diri ke padang TEGAL PARAMA berhasil lolos hanya 200 keluarga yang akhirnya tinggal 20 keluarga itupun sangat ketakutan dan meninggalkan pulau jawa dengan naik perahu seadanya. ( Catatan : Jawa masih sambung dengan Sumatra, madura, bali dan Lombok). Pada ahirnya sampai di Negara Rum tahun 004 ditandai dengan Condro sengkolo “Toyo Muluk ing Gegono”.

Kesedihan sultan atas peristiwa tersebut akhirnya memerintahkan patih untuk memanggil Pandito, Ulama` dan Jamhur ke istana, kemudian pada Bulan Manggasri, tahun Rahuci atau pada tahun ke 5 Caka ( Toto Sonyo Tanpo Barakan ) di pimpin oleh Raja Pendeta Usman Aji ( Raja Pendeta Bani Israel ) dan rombongan mengelilingi pulau jawa untuk memulai penumbalan. Menginjak tahun ke 6 Caka ( Hangas Pecahing Awang awing ) Raja Pendeta bertemu muridnya (Ajisaka) pada waktu itu juga, Raja pendeta menambahi ilmu kepada Ajisaka. Selanjutnya pemasangan tumbal dibagi menjadi 5 bagian, Utara, Timur, selatan dan utara di tengah tengah di pasang di gunung TIDAR ( sekarang wilayah Kedu). Kelima ulama` dan pendeta tersebut masing menempati lokasi tumbal yang telah di pasang dan pada hari ke 8 terdengar gemuruh dari segala arah bersahut sahutan tidak ada henti hentinya siang dan malam, gempa pun tidak terelakan gunung gunung berapi pun mulai meledak, pohon tumbang kemana mana, tanah longsor, airpun meluap kemana mana dekarenakan reaksi dari lima tumbal dari ulama` dan pendeta tersebut.

Jin, Setan, siluman dan para lelembut penghuni pulau jawa berlarian mecari hidup, tidak kuat melawan tumbal yang telah dipasang oleh Usman Aji, kemudian mereka berlari dan mengungsi ke gua gua, ke jurang jurang, dank e laut selatan. Reaksi tersebut kurang lebih memakan waktu 21 hari, setelah lewat yang tadinya suasana gelap gulita menjadi terang benderang, ahirnya rombongan kembali ke Rum terhitung bulan Jita tahun Triya Dawari ( 444) atau tahun 7 Caka .

KEDATANGAN BANGSA RUM YANG II

Raja memanggil patih dan Aji saka untuk menyiapkan orang orang yang akan di kirim lagi ke pulau jawa, yang pada waktu itu Ajisaka di ikuti oleh adik adiknya yaitu : Empu Bratandang, Empu Broruni dan Empu Braradya. Disiapkankannya bangsa Hindustan dengan seijin raja “Hyang Jagat Nata” dan di beri orang buangan Keling sebanyak 15.000 keluarga, dari pulau Kanthi (P.Selon) sebelah selatan Hindustan 2000 Keluarga, dan singgah di siyem mendapat 3000 orang. Semua genap 20.000 orang lengkap beserta hewan piarannya dan merekapun melakukan perjalanan lewat pulau Kencana (Kalimantan) pada bulan Asuji, tahun tisimuka ( 0008 Caka )

Setelah . ( Menurut sumber lain mengatakan bahwa kemudian ada susulan dari rum yang di pimpin oleh Said Jamhur Muharram yang membawa penduduk Rum sebanyak 20.000 orang)
Setelah beristirahat 1o bulan di pulau kencana rombongan tersebut berangkat ke pulau Jawa. Dibagi menjadi 2 bagian. Yang 20 perahu menuju pulau bawean dan yang 20 perahu ke Pulau Paminihan ( P. Madura) Namun di temapt tersebut banyak yang diserang penyakit dan dimakan binatang buas, sehingga waktu di hitung yang di Bawean tinggal 8.997 keluarga (Janda dan duda lebih dari 105 serta ketambahan anak-anak) Sedangkan di pulau paminihan tinggal 2.716 (janda dan duda lebih dari 87) kemudian oleh Ajisaka dijadikan satu menjadi 11.172 keluarga.

Ajisaka kemudian mengambil orang lagi dari pulau kencana sebanyak 6.505 keluarga, dan dari makasar 2.325 keluarga jadi semuanya menjadi 20.003 keluarga, waktu itu P. Bawean ditebangi hutannya pada Caka tahun 9.
Kemudian Aji Saka mebagi menjadi 4 rombongan lagi yang masing masing di pimpin oleh adik adiknya, Sebagian ke P. Paminihan ( Madura ), untuk membuka hutan disana. Perjalanan di lanjutkan ke Gunung Rajabasa ( Lampung ) disitu kebanyakan orang orang dari pulau Kencana, Sebagian ke gung Kendeng ( Rembang ) dan sebagian lagi langsung ke selatan di nusa Barong ( Mataram) di tempat itu kebanyakan adalah orang orang dari makasar.

Setelah selesai tugas Patih AMIRUL SYAMSU kembali ke Rum untuk melaporkan tugasnya, Rajapun bergembiran namun juga bersedih karena Aji Saka tidak kembali ke Rum melainkan menetap di pulau jawa, kejadian itu di catat terjadi pada bulan Srawana, tahun Suharja sedangkan tahun Caka 10. dari sumber lain juga di tulis bahwa 20.000 orang rum yang di pimpimpin oleh Said Jamhur Muharam dikembalikan ke RUM sebab diaanggap meropotkan dikarenakan jumlah yang terlalu banyak disamping itu juga bentuk tubuh orang Rum dan Orang keeling sangat berlainan sekali. Disinilah peradaban jawa Jawa di mulai.